Psikologi berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana orang belajar, dan spesialis kurikulum mempertanyakan bagaimana psikologi dapat berkontribusi pada desain dan penyampaian kurikulum. Dengan kata lain, bagaimana spesialis kurikulum dapat menggabungkan pengetahuan psikologis untuk meningkatkan kemungkinan bahwa siswa akan belajar? Psikologi memberikan dasar untuk memahami proses belajar mengajar. Kedua proses tersebut penting bagi para kurikuler karena kurikulum hanya bermanfaat ketika siswa belajar dan mendapatkan pengetahuan. Pertanyaan lain yang menarik bagi psikolog dan spesialis kurikulum adalah sebagai berikut:
- Mengapa siswa menanggapi upaya guru seperti yang mereka lakukan?
- Bagaimana pengalaman budaya mempengaruhi pembelajaran siswa?
- Bagaimana seharusnya kurikulum diatur untuk meningkatkan pembelajaran?
- Apa dampak budaya sekolah terhadap pembelajaran siswa?
- Bagaimana tingkat partisipasi siswa yang optimal dalam mempelajari berbagai isi kurikulum?
Tidak ada pakar kurikulum atau praktisi yang menyangkal pentingnya landasan psikologis ini. Semua setuju bahwa mengajar mengenai kurikulum dan mempelajarinya saling terkait, dan psikologi memperkuat hubungan itu. Bidang inkuiri yang disiplin ini memberikan teori dan prinsip pembelajaran yang mempengaruhi perilaku guru-siswa dalam konteks kurikulum. John Dewey tahu bahwa psikologi adalah dasar untuk memahami bagaimana siswa berinteraksi dengan pelajaran dan orang-orang.
Prosesnya berlanjut sepanjang hidup, dan kualitas interaksi menentukan jumlah dan jenis pembelajaran. Ralph Tyler menganggap psikologi sebagai "layar" untuk membantu menentukan apa tujuan kita dan bagaimana pembelajaran kita berlangsung. Baru-baru ini, Jerome Bruner menghubungkan psikologi dengan cara berpikir yang mendasari metode yang digunakan dalam disiplin ilmu tertentu. Metode ini dapat digunakan untuk merumuskan konsep, prinsip, dan generalisasi yang membentuk struktur disiplin ilmu. Singkatnya, psikologi adalah elemen pemersatu dari proses pembelajaran. Psikologi membentuk dasar untuk metode, materi, dan kegiatan pembelajaran, dan memberikan dorongan bagi keputusan dalam pengembangan kurikulum.
Secara historis, teori utama pembelajaran telah diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
- Teori behavioris atau asosiasi, kelompok tertua, yang berhubungan dengan berbagai aspek stimulus-respons (S-R) dan penguat;
- Teori pemrosesan informasi kognitif, yang memandang pelajar dalam kaitannya dengan seluruh lingkungan dan mempertimbangkan cara pelajar menerapkan informasi; dan
- Teori fenomenologi dan humanistik, yang mempertimbangkan keseluruhan anak, termasuk perkembangan sosial, psikologis, dan kognitifnya. Ketika teori behavioris dibahas secara terpisah, pembelajaran cenderung berfokus pada pengkondisian, modifikasi, atau pembentukan perilaku melalui penguatan dan penghargaan.
Ketika teori pemrosesan informasi kognitif ditekankan, proses pembelajaran berfokus pada tahap perkembangan siswa dan berbagai bentuk kecerdasan serta pemecahan masalah, pemikiran kritis, dan kreativitas. Aspek fenomenologis dari pembelajaran berhubungan dengan kebutuhan, sikap, dan perasaan siswa dan memerlukan lebih banyak alternatif dalam pembelajaran.
Komentar
Posting Komentar