Langsung ke konten utama

Penerapan Model Connected pada Materi Ekosistem

 

Skema pembelajaran Ekosistem dengan model Connected

Untuk menggunakan model Connected dalam membuat hubungan antara topik (atau konsep atau unit) lebih eksplisit, mula-mula identifikasi dua topik yang diajarkan dalam urutan tertentu (Fogarty, 2009). Dengan menggunakan template untuk model Connected, maka dapat dibuat keterkaitan antar konsep, unit, bahkan keterampilan dalam pelajaran Ekosistem pada gambar.

Materi Ekosistem memiliki kompetensi dasar (KD) untuk menganalisis informasi/data dari berbagai sumber tentang Ekosistem dan semua interaksi yang berlangsung di dalamnya. Dalam pembelajaran Ekosistem yang disusun, penulis memilih topik ‘Komponen Penyusun Ekosistem’ untuk dibahas pada pertemuan pertama sehingga peserta didik dapat memahami konsep abiotik dan biotik terlebih dahulu. Pertemuan kedua, pendidik membahas topik ‘Aliran Energi dalam Ekosistem’ untuk menganalisis interaksi yang terjadi antar komponen biotik dalam rantai makanan. Ide ini muncul dengan mempertimbangkan bahwa antara kedua topik tersebut memiliki keterhubungan pada sebuah keterampilan dan unit yakni observasi lingkungan.

Pembelajaran ekosistem berkaitan erat dengan lingkungan, sehingga dalam kegiatan belajar, peserta didik dituntut untuk mengamati lingkungan di sekitarnya dan menganalisis berbagai jenis ekosistem. Hal ini juga dijelaskan oleh Hidayah, Syarifuddin dan Gultom (2016) yang melakukan penelitian analisis pengetahuan lingkungan dan sikap peduli lingkungan terhadap ekosistem sungai di desa Tambangan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang berada di sekitar lokasi desa Tambangan memilki pengetahuan lingkungan yang lebih baik mengenai ekosistem sungai dibandingkan peserta didik yang jauh dari lokasi tersebut. Dengan demikian, pengetahuan mengenai lingkungan memiliki kaitan erat dalam unit-unit pembelajaran di materi ekosistem. Oleh sebab itu, keterampilan observasi lingkungan sangat cocok menjadi penghubung antara unit-unit yang dipilih.

Selain adanya keterkaitan antar unit, penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar juga penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang dipilih penulis dalam materi ekosistem adalah Problem Based Learning (PBL). Menurut Kono, Mamu dan Tangge (2016) penggunaan PBL dapat mempengaruhi pemahaman konsep dan berpikir kritis peserta didik khususnya pada materi ekosistem. Adapun langkah-langkah (sintak) model PBL dalam pembelajaran sebagai berikut:

1. Orientasi peserta didik pada masalah
2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

PBL mengutamakan pemecahan masalah selama proses pembelajaran sehingga sangat cocok untuk materi ekosistem yang berhubungan dengan fenomena di sekitar peserta didik. Selain itu, pembelajaran abad 21 menuntut peserta didik untuk memenuhi kriteria lulusan seperti kemampuan kreativitas dan inovasi, pemikiran kritis dan pemecahan masalah, komunikasi dan kolaborasi. Hal ini juga dijabarkan oleh Rahmawati, Saptono, dan Peniati (2018) yang menyatakan dengan tegas, “To fulfil the knowledge competencies in the 2013 Curriculum, students need to be encouraged to working on problems solving”. Oleh sebab itu, penting bagi peserta didik untuk memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah yang dapat diperoleh melalui model PBL.

Model PBL juga terbukti dapat meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) peserta didik. Hal ini dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Fredy et al (2019) yang menunjukkan bahwa pencapaian skor KPS peserta didik yang menggunakan model PBL lebih tinggi dibandingkan peserta didik yang  melakukan pembelajaran dengan model konvensional. Indikator yang digunakan peneliti adalah mengamati, menafsirkan, memprediksi, investigasi, merencanakan eksperimen, dan berkomunikasi. Oleh sebab itu, model PBL sangat cocok dalam mendukung kegiatan observasi lingkungan yang menjadi jembatan penghubung antar unit pada materi ekosistem. Observasi sebagai dasar untuk membagun KPS seseorang berhubungan erat dengan keterampilan komunikasi, klasifikasi, mengukur, menarik kesimpulan dan membuat prediksi. Indikator tersebut termasuk dalam KPS dasar yang dijabarkan lebih detail oleh Rezba et al (2007) dan menambahkan bahwa KPS dasar perlu dikuasai terlebih dahulu sebelum KPS terintegrasi yang lebih kompleks. Dengan demikian, pendidik mendesain pembelajaran ekosistem berbasis Connected berbantuan model PBL untuk mencapai tujuan pembelajaran Biologi kelas X.

Daftar Pustaka

Fogarty, R. 2009. How to Integrate the Curricula 3rd Edition. USA: Sage.

Fredy, Lieung, K. W., Butarbutar, R., & Duli, A. (2019). Science process skills in learning environmental pollution using PBL models. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 2-7. doi:10.1088/1755-1315/343/1/012179.

Hidayah, N., Syarifuddin, & Gultom, T. (2016). Analisis Pengetahuan Lingkungan dan Sikap Peduli Lingkungan terhadap Ekosistem Sungai Berbasis Kearifan Lokal Lubuk Larangan di Desa Tambangan Jae Kecamatan Tambangan Kabupaten Madina. Jurnal Pendidikan Biologi, 5(2), 108-112.

Kono,  R., Mamu, H. D., & Tangge, L. N. (2016). Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Pemahaman Konsep Biologi dan Keterampilan Berpikir Kritis  Siswa tentang Ekosistem dan Lingkungan Di Kelas X SMA Negeri 1 Sigi. Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, 5(1), 28-38.

Rahmawati, K. N., Saptono, S., & Peniati, E. (2018). The Influence of Science Comic Based Character Education on Understanding the Concept and Students’ Environmental Caring Attitude on Global Warming Material. Journal of Biology Education, 7(2), 181-189.

Rezba, R. J., Sprangue, C., McDonnough, J. T., & Matkins, J. J. (2007). Learning and Assessing: Science Process Skills 5th Edition. USA: Kendall/Hunt Publishing Company.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Penguatan oleh Ahli Perilaku

Banyak psikolog kontemporer percaya pada prinsip-prinsip respons-stimulus dasar tetapi menolak pandangan mekanistik yang kaku dari Thorndike dan Watson. Para asosiasi kontemporer ini disebut "neobehavioris".  Menurut salah satu neobehavioris, Clark Hull, keterkaitan antara stimulus dan respons ada hubungannya dengan dorongan dan penghargaan. Dorongan adalah tekanan yang timbul dari kebutuhan biologis atau psikologis seseorang. Penghargaan adalah pemenuhan kebutuhan atau pengurangan dorongan. Pengondisian ( conditioning ) terjadi dengan bertindak atas individu saat dia mengalami dorongan ini dan rangsangan yang mengarah pada respons pengurangan dorongan tertentu. Idenya adalah untuk memperkuat koneksi respons-stimulus yang mengurangi dorongan. Pengalihan dorongan mengarah pada penghargaan, atau penguatan. Penghargaan (penguatan) koneksi ini sesuai dengan hasil pengurangan dorongan dalam organisasi perilaku yang disebut kebiasaan ( habit ). Penting bagi orang tersebut untuk me...

Koneksionisme dalam Psikologis Kurikulum

Edward Thorndike (1874-1949), salah satu orang Amerika pertama yang menguji proses pembelajaran secara eksperimental, dianggap sebagai pendiri psikologi perilaku. Di Harvard, Thorndike memulai karyanya dengan hewan, suatu eksperimen yang juga diadopsi oleh ahli perilaku lainnya. Thorndike berfokus pada pengujian hubungan antara stimulus dan respons (pengkondisian klasik). Dia mendefinisikan belajar sebagai pembentukan kebiasaan, yaitu menghubungkan sebanyak-banyaknya kebiasaan ke dalam struktur yang kompleks. Pengetahuan dihasilkan dari akumulasi asosiasi respons-stimulus dalam struktur yang kompleks ini. Pengetahuan dasar terdiri dari pengelompokan komponen sederhana dari suatu keterampilan atau pengetahuan. Ketika seseorang memperoleh unit asosiasi yang lebih rumit, seseorang mencapai pemahaman yang lebih canggih. Thorndike mendefinisikan pengajaran sebagai mengatur ruang kelas untuk meningkatkan koneksi dan asosiasi yang diinginkan. Thorndike mengembangkan tiga hukum utama pembela...