Pengertian
Menurut Fogarty
(2009), model Connected atau
Keterhubungan berfokus pada membuat hubungan eksplisit dalam setiap mata
pelajaran, menghubungkan satu topik ke topik berikutnya, menghubungkan satu
konsep ke konsep lainnya, menghubungkan satu keterampilan ke keterampilan
terkait, menghubungkan pekerjaan satu hari ke hari berikutnya, atau bahkan
menghubungkan ide satu semester ke semester berikutnya. Adanya keterkaitan
eksplisit yang ditemukan pada setiap mata pelajaran mendorong munculnya gagasan
model ini. Model Connected
didefinisikan bukan oleh teknologi, teknik, atau konteks kelembagaan tertentu
tetapi oleh seperangkat nilai, orientasi pada perubahan sosial, dan filosofi
pembelajaran (Ito et al, 2013). Jadi, model Connected
adalah model kurikulum yang menyajikan
hubungan eksplisit di dalam pembelajaran dengan cara mengaitkan suatu topik ke
topik lain, suatu konsep dengan konsep yang lain, suatu keterampilan dengan
keterampilan lain maupun suatu tugas dengan tugas berikutnya. Kunci dari model Connected adalah upaya yang dilakukan
dengan sadar untuk menghubungkan kajian-kajian dalam sebuah disiplin ilmu.
Penggunaan model
ini memberikan solusi kepada peserta didik untuk menemukan hubungan antara
bidang pelajaran yang secara tradisional diajarkan secara terpisah. Misalnya,
seorang peserta didik menyimpulkan bahwa hukum tertentu dalam fisika memiliki
ketidakkonsistenan logis. Kemudian peserta didik memperhatikan bahwa ketika peserta
didik melihat pelajaran biologi, peserta didik menemukan hukum itu lagi dan
sekali lagi menemukan kontradiksi logis. Integrated
learning is believed to be a learning approach that fits the needs (Syahputri
dan Elfrianto, 2018). Oleh sebab itu, model ini sangat sesuai bagi peserta
didik yang membutuhkan pemenuhan konsep atau ide-ide. Dengan melihat lintas
disiplin ilmu, peserta didik menemukan contoh spesifik yang dapat dihubungkan
untuk mendukung pemikirannya tentang hukum khusus ini. Pendidik dapat
memfasilitasi hubungan tersebut dalam pemikiran peserta didik dengan secara
eksplisit membuat hubungan antara berbagai mata pelajaran yang terjadi dalam
satu disiplin ilmu.
Kelebihan
Menurut Fogarty
(2009) ada beberapa kelebihan yang dapat diperoleh peserta didik dengan model terpadu
ini. Pertama, dengan menghubungkan ide-ide dalam satu disiplin, peserta didik
memiliki keuntungan melihat gambaran luas serta terlibat dalam studi yang
terfokus pada satu aspek. Hal ini juga dijelaskan oleh Cantrill et al (2014)
bahwa penggunaan pembelajaran model Connected
adalah cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan masing-masing individu di kelas. Selain itu, keterampilan dan konsep utama,
seperti metode ilmiah atau observasi dan kesimpulan, yang dikembangkan dari
waktu ke waktu menciptakan proses internalisasi yang lebih dalam oleh peserta
didik. Internalisasi adalah proses belajar yang berkesinambungan untuk membantu
peserta didik menyerap pembelajaran dengan baik.
Pembelajaran yang
dilakukan dengan model ini, menuntut pendidik untuk berpikir dalam untuk
menyampaikan konten pembelajaran sehingga terbentuk alur yang bermakna. Oleh
sebab itu, model ini juga mengubah suasana pembelajaran di kelas dan menggeser
ekspektasi akan keahlian dan penyampaian konten pembelajaran (Cantrill et al,
2014). Dengan demikian, peserta didik perlu mencari hubungan antar topik yang
disampaikan pendidik. Proses mengkaitkan ide-ide dalam suatu disiplin ilmu
memungkinkan peserta didik untuk meninjau,merekonseptualisasikan, mengedit, dan
mengasimilasi ide secara terus menerus sehingga memudahkan terjadinya proses
transfer ide-ide dalam memecahkan masalah.
Mengintegrasikan Model Connected pada Pembelajaran
Model Connected berguna sebagai langkah awal
menuju pembelajaran terpadu. Pendidik dapat memulai dengan mecari ide atau
topik pada bidang studinya yang dapat dikaitkan menjadi satu pembelajaran.
Untuk menggunakan model ini dalam membuat hubungan antara topik (atau konsep
atau unit) lebih eksplisit, mula-mula identifikasi dua topik yang diajarkan
dalam urutan tertentu. Dengan menggunakan template
untuk model ini (Gambar 2.1), letakkan satu topik di baris atas dan satu lagi
di baris bawah untuk mewakili topik yang diajarkan pertama kali dan topik
berikutnya.
Gambar 2.1 Skema
kosong model Connected
Sumber diadaptasi dari Fogarty (2009)
Fogarty (2009) menjelaskan cara menentukan urutan topik yang disampaikan pada model Connected dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
- Mengapa Anda menggabungkan dalam urutan itu?
- Mengapa tampaknya masuk akal bagi Anda untuk mengajarkan dua topik ini dalam urutan ini?
- Apa penghubung yang mengikat mereka dalam urutan logis ini?
Sekarang, dengan
pemikiran dan perhatian, letakkan gagasan penghubung di garis tengah (Gambar
2.1). Terkadang penghubung ini sulit dipahami. Pikirkan ide-ide luas yang
sering kali menghubungkan keterampilan, proses, sikap, atau disposisi.
Pendidik dalam
berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran menggambarkan aliran topik yang
mereka gunakan saat mereka merencanakan topik, atau konsep tertentu. Saat
mereka melihat aliran konten yang direncanakan, mereka memikirkan alasan mereka
untuk merencanakan aliran dari satu topik ke topik lainnya. Ketika alasan menjadi
jelas untuk mengalirkan topik, konsep, atau unit dengan cara yang biasa, pendidik
mulai menyadari bahwa ada ide-ide besar yang bertindak sebagai penghubung atau
pengatur untuk mengikat topik bersama.
Daftar Pustaka
Cantrill, C., et al. 2014. Teaching in the Connected Learning Classroom. USA: Digital Media
and Learning Research Hub.
Fogarty, R. 2009. How to Integrate the Curricula 3rd Edition. USA: Sage.
Ito et al. 2013. Connected Learning: An Agenda for Research and Design. USA: Digital Media and Learning Research Hub.
Syahputri, D., & Elfrianto. 2018. The Integrated Learning Model Type of “Connected” in Increasing the Students’ Learning Creativity and Ability. International Journal on Language, Research and Education Studies, 2(1), 73-85.
Komentar
Posting Komentar