Langsung ke konten utama

Model Pembelajaran Berbasis Disrupted Inovasi


Apa itu Inovasi Disruptif?

Inovasi disruptif atau disruptive inovation merupakan inovasi yang berhasil mentransformasi suatu sistem atau pasar yang eksisting, dengan memperkenalkan kepraktisan, kemudahan akses, kenyamanan, dan biaya yang ekonomis. Inovasi disruptif itu sendiri adalah sebuah gangguan yang bersifat inovatif yang terjadi pada berbagai aspek kehidupan manusai yang memunculkan paradigma dan inovasi baru yang bertujuan untuk memberikan perubahan yang lebih efisien, efektif dan memudahkan kehidupan manusia dengan ditandainya perkembangan teknologi yang sangat massif ini. Sehingga terkadang inovasi ini akan memberikan ancaman atau gangguan pada incumbent karena munculnya newcumbent dengan inovasi barunya.

Disruptif di Berbagai Aspek Kehidupan

Di Eropa misalnya, kasus terbesar yang pernah terjadi misalnya perusahaan Nokia. Ponsel yang di masa jayanya dijuluki sebagai ponsel sejuta umat itu pada akhirnya harus mengakui handphone bersistem android dan iOs sebagai inovasi yang mengganggu. Menurut Jim Collins (2001), alasannya adalah mereka yang sudah bagus itu terlena, kurang awas, sehingga ia mengatakan, "Good is the enemy of greatness”. Selain itu dalam bidang transportasi, kita melihat perubahan yang bigitu seignifikan dalam hal layanan transportasi. Industri taksi seperti Blue Bird goyah bukan karena pesaing sesama taksi, namun dari layanan taksi independen berbasis aplikasi. Dalam bidang lainya misalnya, koran dan majalah mati bukan karena sesama rivalnya, namun karena Facebook dan Social Media (remaja dan anak muda tak lagi kenal koran/majalah kertas.

Penyebab munculnya disruptif:

  • Teknologi, khususnya infokom, telah mengubah dunia tempat kita berpijak.
  • Sejalan dengan itu muncullah generasi baru yang menjadi pendukung utama gerakan ini.
  • Kecepatan luar biasa yang lahir dari microprocessor dengan kapasitas ganda setiap 24 bulan menyebabkan teknologi bergerak lebih cepat dan menuntut manusia berpikir dan bertindak lebih cepat lagi.
  • Sejalan dengan gejala disrupted society, muncullah disruptive leader yang dengan kesadaran penuh menciptakan perubahan dan kemajuan melalui cara-cara baru.
  • Bukan cuma teknologi yang tumbuh, tetapi juga cara mengeksplorasi kemenangan. 

Selain dalam aspek ekonomi, transportasi, berita, dan sebagainya, inovasi disruptif juga terjadi pada aspek pendidikan. Salah satunya adalah dengan munculnya kursus-kursus secara online.

 Inovasi dalam Layanan Pendidikan

Inovasi dalam pendidikan bisa dilakukan dari sisi layanan untuk mendapatkan rekap aktivitas siswa secara real time, legalisir atau validasi transkrip maupun ijazah dengan mudah, peniliaan yang lebih terbuka, ujian masuk maupun ujian dalam proses pembelajaran yang dapat dilakukan secara mandiri dan tidak terbatas pada ruang dan waktu, kartu pelajar berbasis digital yang dapat terkoneksi ke berbagai layanan di disekolah. Selain itu, konsep inovasi disruptif tidak selalu harus menciptakan produk baru melainkan membuat konsumen mendapatkan layanan yang lebih murah, lebih sederhana, lebih kecil ukurannya, dan seringkali lebih nyaman untuk digunakan. Berbagai inovasi di atas menjadikan siswa dan konsumen pendidikan akan memudahkan mereka untuk mendapatkan layanan dari pihak sekolah terutama pada saat jarak jauh. Selain itu pemanfaatan teknologi dan inovasi dalam dunia pendidikan akan mampu memaksimalkan peran pihak sekolah steakholder dan orangtua dalam kaitannya dengan peningkatan layanan pendidikan.

MOOCs Pemicu Munculnya Diskrutif Perguruan Tinggi

MOOCs (Massive Online Open Courses) telah mengembangkan batas-batas pendidikan yang lebih tinggi. MOOCs merupakan metode belajar-jarak-jauh dengan skala-besar, gratis dan bisa diakses siapa saja dan di mana saja mereka berada di dunia. Mereka membantu menyediakan kursus-kursus level-universitas untuk siapa saja yang kurang mampu atau cukup berkenan untuk mendapatkan gelar sarjana mereka di institusi level unggul atau berkuliah di luar.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa disruptive tidak selalu diartikan sebagai sebuah ancaman yang selalu merugikan. Inovasi disruptif memberikan gambaran bawha perubahan yang terjadi merupahan sebuah dampak dari berbagai inovasi yang ada yang terjadi di berbagai aspek kehidupan manusia yang diiringi dengan pemanfaatan teknologi yang bertujuan untuk menghadirkan sebuah pembaruan dalam bidang layanan, informasi, hiburan dan ekonomi yang lebih efektif, efisien serta simple sesuai dengan apa yang dibutuhkan saat ini.

Disruptive Learning

Disruptive Learning berkaitan erat dengan Transformative Learning dan Reeducation. Disruptive learning berupa tindakan pengefektifan dengan perubahan, terutama dalam hal merubah framework berfikir (mindset) pembelajar. Aktif melalui proses pedagogik yang memungkinkan adanya penelaahan secara mendalam berbagai perspectives, values, dan worldviews. Disruptive Learning dapat mengaktivasi proses transformasi melalui re-orientasi mindset menuju kemampuan belajar yang sustainabel. Proses pembelajaran dalam Era Disrupsi terdiri dari

(a) Self-directed yakni proses pembelajaran terjadi karena kebutuhan yang dirasakan pembelajar.

(b)Multi-sources yakni menggunakan berbagai sumber, media, dan chanel pembelajaran.

(c) Long-life learning

(d) ICT-based

 

Strategi pembelajaran lain yang dapat digunakan:

(a)     Pendekatan berbasis proyek (Project-based learning)

(b)     Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning)

(c)     Pembelajaran berbasis inovasi (Innovation learning) – populer diterapkan di Finlandia.

(d)     Pembelajaran kontekstual (CTL)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan Model Connected pada Materi Ekosistem

  Skema pembelajaran Ekosistem dengan model  Connected Untuk menggunakan model Connected dalam membuat hubungan antara topik (atau konsep atau unit) lebih eksplisit, mula-mula identifikasi dua topik yang diajarkan dalam urutan tertentu (Fogarty, 2009). Dengan menggunakan  template  untuk model  Connected , maka dapat dibuat keterkaitan antar konsep, unit, bahkan keterampilan dalam pelajaran Ekosistem pada gambar. Materi Ekosistem memiliki kompetensi dasar (KD) untuk  menganalisis informasi/data dari berbagai sumber tentang Ekosistem dan semua interaksi yang berlangsung di dalamnya. Dalam pembelajaran Ekosistem yang disusun, penulis memilih topik ‘Komponen Penyusun Ekosistem’ untuk dibahas pada pertemuan pertama sehingga peserta didik dapat memahami konsep abiotik dan biotik terlebih dahulu. Pertemuan kedua, pendidik membahas topik ‘Aliran Energi dalam Ekosistem’ untuk menganalisis interaksi yang terjadi antar komponen biotik dalam rantai makanan. Ide ini mu...

Modifikasi Model Project Based Learning (PjBL) untuk Melatih Berpikir Kreatif Siswa pada Pembelajaran Sains

  A.     Project Based Learning (PjBL) Project-based Learning  (PjBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah. Dalam pelaksanaannya di kelas, peserta didik belajar melalui pembuatan suatu proyek atau produk yang berkaitan dengan topik pembelajaran. Pembuatan produk dapat dilakukan secara berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang dituangkan dalam sebuah produk. Pengguaan PjBL dengan metode diskusi kelompok melibatkan kemampuan kolaborasi dan komunikasi peserta didik. Sebagai model pembelajaran, PjBL memiliki karakteristik antara lain: a.        Penyelesaian proyek atau produk dilakukan dari tahap perencanaan, penyusunan, hingga pemaparan produk; Penyelesaian proyek atau produk dilakukan dari tahap perencanaan, penyusunan, hingga pemaparan produk; Peserta didik bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang akan dihasilkan; Proyek dapat melibatkan...

Dampak Model Learning Cycle (5E) pada Kompetensi 6C

  A.     Learning Cycle 5 Fasa (5E) 1.       Engagement (Keterlibatan) Keterlibatan (engagement) adalah waktu ketika guru berada di tengah kegiatan pembelajaran. Guru menciptakan masalah, menilai pengetahuan awal siswa, membantu siswa membuat hubungan, dan menginformasikan melangkah ke tahap selanjutnya. 2.       Exploration (Eksplorasi) Siswa mengumpulkan data untuk memecahkan masalah. Guru memastikan para siswa mengumpulkan dan mengatur data mereka untuk memecahkan masalah.  Selama eksplorasi para siswa belajar melalui aksi dan reaksi mereka sendiri dalam situasi baru. Eksplorasi juga membawa para siswa pada identifikasi suatu pola keteraturan dalam fenomena yang diselidiki. Penerapannya dapat diuraikan sebagai berikut: Siswa mengidentifikasi objek-objek yang menarik, kejadian-kejadian atau situasi yang dapat diobservasi siswa-siswa. Pengalaman ini dapat terjadi dalam ruangkelas, laboratorium atau lapangan . Pe...