Langsung ke konten utama

Dampak Model Learning Cycle (5E) pada Kompetensi 6C

 


A.    Learning Cycle 5 Fasa (5E)


1.      Engagement (Keterlibatan)

Keterlibatan (engagement) adalah waktu ketika guru berada di tengah kegiatan pembelajaran. Guru menciptakan masalah, menilai pengetahuan awal siswa, membantu siswa membuat hubungan, dan menginformasikan melangkah ke tahap selanjutnya.


2.      Exploration (Eksplorasi)

Siswa mengumpulkan data untuk memecahkan masalah. Guru memastikan para siswa mengumpulkan dan mengatur data mereka untuk memecahkan masalah. Selama eksplorasi para siswa belajar melalui aksi dan reaksi mereka sendiri dalam situasi baru. Eksplorasi juga membawa para siswa pada identifikasi suatu pola keteraturan dalam fenomena yang diselidiki. Penerapannya dapat diuraikan sebagai berikut:

  • Siswa mengidentifikasi objek-objek yang menarik, kejadian-kejadian atau situasi yang dapat diobservasi siswa-siswa. Pengalaman ini dapat terjadi dalam ruangkelas, laboratorium atau lapangan.
  • Penyediaan waktu bagi siswa di mana mereka menggali objek-objek, kejadian-kejadian atau situasi-situasi. Selama pengalaman ini para siswa harus membuat hubungan-hubungan, pola-pola observasi, mengenali variabel-variabel, dan pertanyaan-pertanyaan kejadian atau peristiwa sebagai hasil eksplorasi mereka. Dalam fasa ini dapat digunakan untuk banyak keuntungan yang tidak diduga. Siswa berkesempatan untuk menyuarakan ide mereka, selain itu siswa mungkin mempunyai pertanyaan-pertanyaan atau pengalaman-pengalaman yang memotivasi mereka untuk memahami apa yang mereka observasi.

Tujuan utama dari eksplorasi adalah untuk secara mental membuat atau menimbulkan konsep yang kemudian akan diperkenalkan.

 

3.      Explanation (Penjelasan)

Pada fase proses ini, siswa menggunakan data yang mereka kumpulkan untuk memecahkan masalah dan melaporkan apa yang mereka lakukan dan mencoba untuk mencari tahu jawaban atas masalah yang disajikan. Guru juga memperkenalkan kosa kata baru, frasa atau kalimat untuk label apa yang siswa sudah tahu.

Fasa pengenalan konsep biasanya dimulai dengan memperkenalkan suatu konsep atau konsep-konsep yang ada hubungannya dengan fenomena yang diselidiki, dan didiskusikan dalam konteks apa yang telah diamati selama fasa eksplorasi. Adapun penerapan fasa pengenalan konsep dapat diuraikan sebagai berikut:

  • Pada awal pembelajaran secara jelas didasarkan pada eksplorasi siswa. Sehingga dalam fasa ini guru menunjukkan kepada siswa agar memperhatikan aspek-aspek yang spesifik dari pengalaman eksplorasi.
  • Konsep-konsep diperkenalkan secara langsung dan formal.

Kunci fasa ini adalah untuk menunjukkan atau memperlihatkan konsep-konsep dalam cara yang sederhana, jelas, dan langsung. Hal ini agar dapat dipahami siswa dengan mudah.


4.      Elaboration (Elaborasi)

Guru memberi siswa informasi baru yang lebih luas apa yang mereka telah pelajari di bagian-bagian awal dari siklus belajar. Pada tahap ini guru juga menciptakan masalah agar siswa mampu memecahkan masalah dengan menerapkan apa yang telah mereka pelajari.


5.      Evaluation (Evaluasi)

        Guru dapat mengadakan evaluasi dengan tes pada akhir setiap tahap.



B.    Keterampilan 6C

Setiap pendidik ataupun calon pendidik harus menguasai kompetensi 6C. Karena dalam UU Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Jadi untuk mengembangkan keprofesionalan pendidik harus berusaha mencapai kompetensi 6C, agar menjadi guru yang berkompeten.

Sistem pendidikan di Indonesia diatur dengan kurikulum yang berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, artinya kurikulum ini bersifat fleksibel. Kurikulum yang diterapkan di Indonesia saat ini ialah kurikulum 2013 atau disingkat menjadi kurtilas. Dalam kurtilas, seorang guru harus mempunyai kecakapan 4C yaitu Communication, Collaboration, Critical Thinking  and Problem Solving, dan Creativity and Innovation. 


a.      Communication (Komunikasi) 

Keterampilan mengkomunikasikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk mentransfer ilmu, pengetahuan serta pengalamannya kepada peserta didik baik dilakukan secara secara lisan maupun tulisan karena pada hakikatnya manusia ialah makhluk sosial, oleh karena itu kemampuan dalam berkomunikasi sangat diperlukan. Akan tetapi pada kenyataannya setiap orang memiliki kemampuan berkomunikasi yang berbeda-beda, dan bagi orang yang kurang cakap dalam berkomunikasi harus terus dilatih. Komunikasi yang baik juga memberikan dampak yang positif misalnya tidak terjadi salah faham atau salah persepsi. Dalam penyampaiannya tentu diperlukan beberapa teknik, yaitu: 

  •  Tidak berbelit-belit.
  • Jelas.
  • Lugas.
  • Memahami dan memperhatikan orang yang diajak bicara.
  • Menggunakan bahasa sesuai dengan kadar atau kemampuan yang diajak bicara.
  • Disertai dengan contoh nyata.
  • Sampaikan informasi dengan lembut supaya mudah diterima.
  • Memberikan umpan balik.

b.       Collaboration (Kolaborasi)

Keterampilan berkolaborasi merupakan kemampuan dalam bekerja sama. Dalam pelaksanaan proses pendidikan tentu dibutuhkan kerjasama yang baik antara pendidik dan peserta didik guna untuk tercapainya tujuan pendidikan. Selain itu, collaboration juga dapat bermakna tanggungjawab dan fleksibel artinya mampu menempatkan diri serta tidak mencampuradukkan antara masalah pribadi dan sekolah. Maka dari itu apabila hubungan kerjasama antara pendidik dan peserta didik terjalin dengan baik maka tujuan pendidikan akan terwujud.


c.      Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis dan Memecahkan Masalah)

Keterampilan berfikir kritis berarti ia mampu menelaah dari analisis, melakukan evaluasi, serta mampu mengambil keputusan. Ketrampilan berfikir kritis tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh King, et al., yang mengungkapkan bahwa keterampilan berpikir kritis yaitu keterampilan dalam melakukan berbagai penilaian, analisis, evaluasi, rekonstruksi, serta pengambilan keputusan yang mengarah pada tindakan yang bersifat rasional dan logis.

Kemampuan berfikir kritis untuk memahami, mengamati serta memberi solusi terhadap suatu permasalahan. Hal ini perlu diperhatikan bagi pendidik maupun calon pendidik agar senantiasa berfikir kritis, agar tidak kebingungan ketika menghadapi suatu masalah.

 

d.       Creativity and Innovation (Kreativitas dan Inovasi)

       Dalam proses pembelajaran, seorang pendidik harus kreatif dan inovatif dalam menjalankan KBM atau kegiatan belajar mengajar. Pendidik yang kreatif dan inovatif tentu akan disenangi oleh peserta didik karena dalam pembelajaran disampaikan dengan berbagai cara dan selalu ada saja hal-hal yang baru sehingga membuat peserta didik tidak bosan serta memotivasi siswa untuk selalu belajar.

Selain point-point kecakapan diatas, Menteri Pendidikan Indonesia yaitu Bapak Nadiem Makarim menambahkan dua point kecakapan yang harus dikuasai oleh guru yaitu Computational Logic dan Compassion. Dua point tersebut harus dikuasai oleh guru agar dapat mengajar dengan maksimal. Sehingga dengan adanya kompetensi kreatif, maka pembelajaran tidak akan jenuh, jika diterapkan akan mearik perhatian siswa agar selalu mengikuti pembelajaran dengan baik. 

 

e.       Computational Logic (Logika Dasar)

Guru dituntut untuk memiliki kemampuan serta strategi dalam memecahkan masalah. Kemampuan tersebut dapat diimplementasikan pada saat proses belajar mengajar, misalnya ketika ada peserta didik yang hiperaktif saat pembelajaran berlangsung maka guru harus mempunyai strategi bagaimana caranya agar anak tersebut mau untuk mendengarkan pelajaran.

 

f.      Compassion (Welas Asih)

Compassion adalah mencintai dan menjalankan profesinya dengan senang hati. Apabila sebuah pekerjaan dijalankan dengan senang hati maka akan memberikan dampak positif kepada orang lain, misalnya bertanggungjawab, memberikan teladan yang baik kepada peserta didik, memberikan motivasi untuk selalu belajar dan karena hal tersebut dapat memberikan dorongan semangat dalam belajar. Serta jika mengajar dengan rasa senang hati maka akan timbul rasa ikhlas. Sehingga jika pendidik mencintai profesinya, maka ia akan merasa tidak terbebani dengan kesulitan-kesulitan dalam mengajar.


Berikut ini adalah contoh kegiatan belajar Fisika materi Perubahan Wujud menggunakan model Learning Cycle (5E) dengan memperhatikan indikator kompetensi 6C.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan Model Connected pada Materi Ekosistem

  Skema pembelajaran Ekosistem dengan model  Connected Untuk menggunakan model Connected dalam membuat hubungan antara topik (atau konsep atau unit) lebih eksplisit, mula-mula identifikasi dua topik yang diajarkan dalam urutan tertentu (Fogarty, 2009). Dengan menggunakan  template  untuk model  Connected , maka dapat dibuat keterkaitan antar konsep, unit, bahkan keterampilan dalam pelajaran Ekosistem pada gambar. Materi Ekosistem memiliki kompetensi dasar (KD) untuk  menganalisis informasi/data dari berbagai sumber tentang Ekosistem dan semua interaksi yang berlangsung di dalamnya. Dalam pembelajaran Ekosistem yang disusun, penulis memilih topik ‘Komponen Penyusun Ekosistem’ untuk dibahas pada pertemuan pertama sehingga peserta didik dapat memahami konsep abiotik dan biotik terlebih dahulu. Pertemuan kedua, pendidik membahas topik ‘Aliran Energi dalam Ekosistem’ untuk menganalisis interaksi yang terjadi antar komponen biotik dalam rantai makanan. Ide ini mu...

Modifikasi Model Project Based Learning (PjBL) untuk Melatih Berpikir Kreatif Siswa pada Pembelajaran Sains

  A.     Project Based Learning (PjBL) Project-based Learning  (PjBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah. Dalam pelaksanaannya di kelas, peserta didik belajar melalui pembuatan suatu proyek atau produk yang berkaitan dengan topik pembelajaran. Pembuatan produk dapat dilakukan secara berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang dituangkan dalam sebuah produk. Pengguaan PjBL dengan metode diskusi kelompok melibatkan kemampuan kolaborasi dan komunikasi peserta didik. Sebagai model pembelajaran, PjBL memiliki karakteristik antara lain: a.        Penyelesaian proyek atau produk dilakukan dari tahap perencanaan, penyusunan, hingga pemaparan produk; Penyelesaian proyek atau produk dilakukan dari tahap perencanaan, penyusunan, hingga pemaparan produk; Peserta didik bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang akan dihasilkan; Proyek dapat melibatkan...